Selasa, 01 April 2008

SUMBER DAYA LAUT PERLU DIKELOLAH DAN DIMANFAATKAN SECARA BAIK - Kabupaten Timor Tengah Utara


Sumber : http://www.ttukab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=47&Itemid=95

Gerakan Masuk Laut (Gemala) dan segala upaya untuk mendorong masyarakat guna mencintai laut dan segala isinya menjadi lebih nyata.


Hal ini disampaikan Bupati TTU, Drs. Gabriel Manek, M.Si dalam sambutannya ketika menghadiri acara Pengresmian Kapal Latih siswa dan Pelepasan taruna-Taruni SMKN Perikanan dan Kelautan Wini, Kecamatan Insana Utara Peserta Praktek Kerja Industri (Prakerin) Angkatan ke-2 Tahun Pelajaran 2007-2008, belum lama ini di wini. Dalam sambutannya, Bupati Manek mengatakan, Laut, bagi sebagian besar masyarakat di dunia, sering digambarkan sebagai tempat yang menakutkan, tempat yang penuh dengan bahaya dan bahkan ada yang melukiskannya sebagai kawasan yang subur bagi bertumbuhnya roh-roh jahat. Kisah terkenal mengenai “penjala ikan menjadi penjala manusia” dengan pelaku utama Santo Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, misalnya dalam ajaran katolik menggambarkan secara simbolis bagaimana manusia yang ibarat ikan perlu dijala keluar dari laut agar “diselamatkan” dari kungkungan roh jahat. Sementara itu, di tengah masyarakat kita di Timor pun, kata Manek, tumbuh dan berkembang berbagai mitos yang mengokohkan keputusan mereka untuk tidak masuk ke laut dan karena itu mengambil jarak yang cukup serius dengan laut termasuk segala potensi yang ada di dalamnya. Bekal anggapan ini kemudian membenarkan pendapat umum bahwa masyarakat Dawan bukanlah masyarakat yang nenek moyangnya adalah pelaut.


Masyarakat Dawan, misalnya, mengganggap laut sebagai OE NAMO yang kurang lebih berarti wadah air raksasa yang selalu “bersih” karena selalu mampu menyingkirkan ke tepi pantai segala kotoran yang ada di dalamnya. Karena itu, manusia yang berdosa dan berhati “jahat” tidak boleh mendekat ke laut, karena akan menemui sial. Terlepas dari segala anggapan dan mitos di atas, Manek mengemukakan kenyataan lain yang tak dapat dipungkiri adalah bahwa laut merupakan salah satu sumber potensial yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tentang hal ini, menurutnya, banyak ahli ekonomi berpendapat bahwa untuk mencapai hasil pembangunan ekonomi yang optimal, maka seluruh potensi sumber daya daerah yang menonjol seperti sumber daya pertanian, pariwisata, industri kecil, pertambangan dan sumber daya laut perlu dimanfaatkan dan dikelola secara baik. Namun kenyataan menunjukkan bahwa di antara sumber daya daerah yang potensial tetapi relatif masih rendah pengelolaannya adalah sumber daya pesisir dan laut.


Kenyataan mengenai hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya kontribusi hasil dari pengelolaan potensi ikan laut yang menurut data Propinsi NTT yang hingga saat ini baru mencapai sekitar 15% dengan daya serap tenaga kerja kurang dari 10%. Lambannya pembangunan wilayah pesisir dan laut merupakan akumulasi dari a) kegiatan pembangunan yang bersifat sektoral; b) pemisahan perencanaan dan pembangunan antara kawasan daratan dan laut; c) keterbatasan kemampuan sumber daya manusia; d) keterbatasan kesadaran stakeholders akan isu-isu lingkungan; e) keterbatasan data dan informasi dalam rangka pembangunan wilayah pesisir laut; dan f) keterbatasan pendanaan untuk kegiatan pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang bersifat padat modal. Berangkat dari kenyataan di atas, Kata Bupati Manek, percepatan pembangunan wilayah pesisir dan laut sejauh ini sedang di”genjot” dengan upaya: a) memberdayakan dan mengembangkan sumber daya pesisir dan laut secara optimal, terpadu dan berkelanjutan; b) memperluas spektrum pembangunan wilayah pesisir dan laut sesuai dengan potensi alamiahnya; c) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam pengelolaan potensi pesisir dan laut; d) menerapkan rekayasa teknologi spesifik lokasi dan teknologi pasca panen yang berorientasi pasar; serta e) meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem agribisnis.


Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara sungguh menyadari hal ini dan terus berupaya untuk menumbuhkan minat masyarakat agar dapat mengarahkan perhatian, tenaga dan modalnya ke laut. Ditetapkannya Wini sebagai Kota Satelit dan upaya menempatkan SMK Negeri Perikanan dan Kelautan Wini, antara lain merupakan cara Pemerintah mengkondisikan wilayah ini agar semakin diminati, tandas Manek. Sehubungan dengan itu, maka pengresmian kapal latih siswa dan pelepasan taruna/i peserta praktek kerja industri hari ini bernilai strategis dan penting. Kita berharap melalui SMK Negeri Perikanan dan Kelautan Wini, perlahan tapi pasti kita memutus “rantai ketakutan” akan laut dan memperoleh sumber daya manusia pelaut yang handal, terpelajar, dan “profesional”. Bagi anak-anak praktek, saya berpesan: PERGILAH DENGAN BANGGA SEBAGAI INSAN PELAUT (yang tidak bermata keranjang) DAN CERITAKANLAH KEPADA DUNIA BAHWA LAUT ADALAH SUMBER KEMAKMURAN. AJAKLAH KELUARGA DAN MASYARAKAT UNTUK MENGARAHKAN DIRI KE LAUT. Katakan kepada mereka: jangan takut menjadi nelayan, karena tugas nelayan hanya menangkap ikan yang ia tidak pelihara, ikan yang tidak ia beri makan, ikan yang tidak disuntik kalau sakit. Keberadaan ikan juga tidak terpengaruh oleh iklim. Kepada Kepala SMKN Wini bersama seluruh guru, dan Komite Sekolah serta anak-anak, saya berpesan pakailah kapal latih ini dengan bijaksana dan bermartabat.


Sebelum menutup sambutan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Kepala SMKN Wini bersama seluruh guru, dan Komite Sekolah serta seluruh orangtua siswa, juga Pak Camat Insana Utara bersama seluruh staf yang telah mempersiapkan acara yang penting dan bermanfaat ini. Mengakhiri sambutannya, Bupati Manek atas nama Pemerintah dan seluruh masyarakat Kabupaten Timor Tengah Utara mengucapkan selamat berlatih, dan selamat jalan jalan kepada para taruna/i yang mengikuti kegiatan Prakerin, dengan harapan PERGI SATU, PULANG SATU. Orangtua dan kami semua yang hadir di sini tentu akan sangat kecewa kalau yang dilepas SATU, pulang kembali DUA atau bahkan TIGA. Semoga Tuhan senantiasa memberkati dan melindungi kita semua. (Verry L)

Tidak ada komentar: