Selasa, 29 Januari 2008

Akan Dibangun Jalan Tembus sepanjang 56 Km

Tanggal : 29 Januari 2008
Sumber :

TENGGARONG - Pemkab Kukar berencana membangun jalan tembus sepanjang 56 kilometer (km), yang menghubungkan Loa Kulu dengan kilometer (KM) 38, Samboja. Proyek besar itu diharapkan dapat menunjang pembangunan infrastruktur dan ekonomi di kawasan pesisir Kukar. Kadis PU Kukar Ir Sugianto mengatakan, pembangunan jalan tembus tersebut dilakukan terkait dengan permintaan masyarakat di wilayah pesisir pantai yang menginginkan pemerataan pembangunan, terutama infrastruktur jalan.


Tuntutan masyarakat di wilayah pesisir terus berkembang. Untuk menyikapinya dibangunlah jalan tembus itu, katanya, Senin (28/1).

Pria yang akrab disapa Gianto itu mengatakan, pembangunan jalan tembus tersebut saat ini masih masih dalam tahap perencanan, sehingga biaya keseluruhan proyek itu masih belum bisa diprediksi. Untuk biaya perencanaan sekitar Rp 7 miliar, katanya.

Secara ekonomi, lanjut Gianto, pembangunan jalan tembus Loa Kulu-KM 38, Samboja itu sangat menguntungkan. Alasannya, wilayah pesisir yang meliputi Kecamatan Sangasanga, Anggana, Samboja, dan Muara Jawa, berbatasan langsung dengan Balikpapan. Potensi pertumbuhan ekonomi sangat besar, sebab letak geografisnya paling dekat dengan Balikpapan. Proyek ini juga merupakan bagian dari peningkatan kesejahteraan, ujarnya.

Ia berharap, dengan adanya jalan tembus tersebut pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat akan menjadi lebih terpacu. Selain itu bisa membuka isolasi beberapa daerah yang selama ini belum bisa diakses.

Saat ini, lanjutnya, infrastruktur masih belum memadai untuk menunjang pembangunan perekonomian di wilayah pesisir. Sehingga, agar lebih maju perlu lebih banyak infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya.

Rencana Pemkab Kukar untuk membuka akses jalan tersebut, mendapat dukungan Ketua DPRD Kukar Rahmat Santoso. Ia mengatakan, jalan merupakan faktor terpenting untuk kegiatan perekonomian masyarakat sekaligus menarik investor untuk menanamkan modalnya di suatu tempat. Bagaimana ekonomi rakyat bisa berjalan, kalau untuk memasarkan hasil buminya saja susah, hanya lantaran belum ada jalan penghubung atau jalan tembus dengan ibukota Kabupaten, ujarnya.* bam

Jumat, 11 Januari 2008

Aspal Lawele Lebih Efektif dari Hotmix

Tanggal : 11 Januari 2008
Sumber : http://www.beritakotamakassar.com/view.php?id=11147&jenis=Gowa_Maros


TAKALAR, BKM-- Kalangan kontraktor di Takalar cukup respek dengan konsep Kadis PUD Takalar, Nirwan Nasrullah untuk diterapkan tahun 2008 ini.

Konsep itu yakni penggunaan karung Geoteksil dan aspal Lawele. Karung Geotekstil diakui mampu menjawab masalah abrasi pantai yang mendera wilayah pesisir Takalar. Sedang aspal Lawele dinilai cukup kuat terhadap tekanan dan cukup efisien dalam anggaran.

Firman A Rajab ST, salah seorang konsultan Takalar mengakui pemakaian aspal Lawele memang bisa menekan anggaran. "Bahannya praktis, efisien dan makin ditekan makin kuat apalagi kalau kena air, "papar Firman.

Nilai plus yang didapat bila aspal Lawele diterapkan adalah lebih menyentuh pelaku jasa konstruksi. Aspal hotmix kwalitasnya memang lebih bagus, namun memerlukan sarana yang lebih besar. Sedangkan karung Geotekstil dinilai Firman, masih harus dikaji.

"Sebuah konsep harus dianalisa, perlu waktu yang lama minimal 2-3 tahun untuk proses pembuktiannya, dan solusinya adalah pilot project," kata Firman. Hanya saja, rancangan penerapan program-program di Dinas PUD ini, banyak menuai sorotan karena pengelolaannya dinilai kurang profesional.

Faisal DM, Ketua LSM Mapalhi Takalar menilai sekitar 90 persen proyek fisik di Takalar hasilnya tidak sesuai bestek. Hal itu disebabkan karena pelaksananya tidak profesional. Faktor lainnya karena minimnya rasa tanggung jawab para pelaku proyek.

"Rekruitmen konsultan asal jadi, rekanan sering asal kerja dan proses pengawasan kurang berjalan," sela Haris Mangambei dari Forum Keadilan menyimpulkan.

Hal ini makin diperparah oleh kinerja aparat hukum yang terkadang kurang serius menangani masalah ini.

"Bayangkan, negara sering dirugikan ratusan juta bahkan miliaran rupiah, namun proses hukum menjadi bingkai semrawutnya pelaksanaan teknis proyek di Takalar," tambah Ardiyanto, Direktur Eksekutif LSM LEKKAN Sulsel.

Sementara itu, Bupati Takalar, Drs H Ibrahim Rewa, MM, yang diminta tanggapannya, terkait programnya dalam melakukan percepatan pembangunan Takalar mengatakan, yang perlu ditumbuhkan adalah budaya malu bila Takalar tidak mau tertinggal. (Rd10/sar)