Rabu, 08 November 2006

Profil Wilayah Pesisir dan Lautan Propinsi NTB

Tanggal : 8 November 2006
Sumber : http://www.diskanlut-ntb.web.id/index.php?option=com_content&task=view&id=36&Itemid=71

Secara biofisik, propinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup tinggi, yaitu luas perairan lautnya sekitar 29.159,04 km2, panjang pantai 2.333 km dan perairan karang sekitar 3.601 km2. Ekosistem penting lainnya adalah padang lamun (seagrass beds), rumput laut (sea weeds), pantai berpasir dan ekosistem mangrove.

Untuk luas wilayah daratan dan perairan laut pada setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat, panjang pantai serta teluk dan lokasi , kedalaman dan luas perairan karang di NTB dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1 : Luas Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004


No

Kabupaten/Kota

Luas Wilayah (Km2)


Daratan
Perairan Laut
Jumlah

1.
2
3.
4.
5.
6.
7.

Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Mataram


1.649,15
1.427,65
1.605,55
8.493,00
2.324,55
4.596,90
56,35

1.352,49
397,56
1.074,33
4.912,46
1.298,17
3.760,33
56,80

3.001,64
1.825,21
2.679,88
13.405,46
3.622,72
8.357,23
113,15

Propinsi NTB
-
16.306,90
16.306,90

T o t a l

20.153,15
29.159,04
49.312,19
Sumber : Pusat Data Propinsi (PDP) Bappeda Prop. NTB




Tabel 2. Panjang Pantai dan Teluk di Propinsi NTB

No

Pantai dan Teluk

Panjang


Mil
Km

1.

Keliling P. Lombok
a. Pesisir Utara
b. Pesisir Barat
c. Pesisir Selatan
d. Pesisir Timur

228
37
56
89
46

423
67,52
104
165
85
2
Keliling P. Sumbawa
a. Pesisir Utara
b. Pesisir Barat
c. Pesisir Selatan
d. Pesisir Timur
649
308
31
269
41
1.202
570
58
498
76
3.

Teluk – teluk
a. Teluk Saleh
b. Teluk Cempi
c. Teluk Bima
d. Teluk Waworada
e. Teluk Sanggar
f. Teluk Sape
g. Teluk Lb. Ijuk
h. Teluk Awang
i. Teluk Sepi
j. Teluk Lb. Lombok

382
152
42
34
40
30
39
11
19
12
3
708
282
78
63
74
56
72
20
35
22
6
Nusa Tenggara Barat
1.259
2.333





Tabel 3. Lokasi, Kedalaman, dan luas Perairan Karang
di Nusa Tenggara Barat



Kabupaten/
Kota

Lokasi

Kedalaman (m)


Luas (Km2)

Lombok Barat & Kota Mataram

Pandanan
Gili Gede
Senggigi
Teluk Kombal


32-34
5-12
3-18
4-51

246,95
200,65
115,76
164,64

Lombok Tengah

Teluk Awang

11-85

247,15

Lombok Timur

Teluk Belanting
Pulau dan Sesait

30-34
8-25

74,09
246,95

Sumbawa

Barat Pulau Moyo
Labuhan Alas
P. Dangar dan Ngali
Teluk Santong
Pulau Rakit
Mata PT

90-94
6-13
5-8
4-10
14-17
12-15

49,70
148,17
249,70
499,39
246,95
144,06

Dompu

Teluk Sanggar
Teluk Cempi

19-31
5-8

36,01
134,45

Bima dan Kota Bima

Teluk Bima
Sape
Teluk Sape
Teluk Waworada

7-8
16-34
3-51
10-25

28,81
267,53
356,71
144,06

NTB



3.601,28

Luas wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat mencapai 29.159,0 Km2. Secara lengkap luas wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat berdasarkan nama perairan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 4. Luas Wilayah Perairan Laut NTB Berdasarkan Nama Perairan



No


Nama Perairan Laut NTB

Luas (Km2)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.


Laut Jawa
Laut Flores
Samudera Hindia
Selat Lombok
Selat Alas
Selat Sape
Selat Sumba
Teluk Saleh
Teluk Cempi
Teluk Bima
Teluk Waworada

3.059
8.847
9.813
1.355
1.035
1.881
1.012
1.459
239
184
275
T o t a l
29.159,0



Tabel 5. Luas Wilayah Perairan Laut Per Kabupaten/Kota
Se – NTB Berdasarkan Nama Perairan



No

Nama Kabupaten dan Nama Perairan Laut


Luas (km2)
I.
1.
2.
3.
Lombok Barat termasuk Kota Mataram
Laut Jawa
Samudera Hindia
Selat Lombok

1.828
1.059
1.355
Jumlah I ……………………………….…………………..
4.242
II.
Lombok Tengah
Samudera Hindia

975
Jumlah II ………………………………………………….
975
III.
1.
2.
3.
Lombok Timur
Laut Jawa
Samudera Hindia
Selat Alas

1.231
951
647
Jumlah III …………………………………………………
2.829
IV.
Sumbawa

1.
2.
3.
4.
Laut Flores
Samudera Hindia
Selat Alas
Teluk Saleh
3.600
5.161
388
771
Jumlah IV …………………………………………………
9.920
V.
1.
2.
3.
4.
Dompu
Laut Flores
Samudera Hindia
Teluk Saleh
Teluk Cempi

991
835
688
239
Jumlah V ………………………………………………….
2.753
VI.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bima termasuk Kota Bima
Laut Flores
Samudera Hindia
Selat Sape
Selat Sumba
Teluk Bima
Teluk Waworada

4.256
832
1.881
1.012
184
275
Jumlah VI ………………………………………………….
8.440
Total Jumlah Se – NTB (I s.d.VI)
29.159,0

Jumlah Pulau – pulau kecil yang berpenghuni dan tidak berpenghuni di wilayah perairan laut Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 tercatat sebanyak 137 buah, dengan rincian per kabupaten sebagaimana disajikan pada tabel 7..2


Tabel 7.2 Jumlah Pulau – pulau kecil yang berpenghuni dan tidak berpenghuni di Perairan Laut Kabupaten/Kota Se – NTB


NO

KABUPATEN / KOTA
JUMLAH
BERPENGHUNI
TDK BERPENGHUNI
JUMLAH

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Dompu
Bima
Kota Mataram
Kota Bima
Kab.Sumbawa Barat

7
0
6
10
1
3
0




20
15
24
39
8
4
0

37
15
30
49
9
7
0
Se – NTB
27
110
137
Sumber data : Identifikasi pulau- pulau kecil NTB 2002




Nama – nama pulau kecil berdasarkan Atlas Wilayah Pesisir dan Laut di Propinsi Nusa Tenggara Barat
No
Nama pulau
No
Nama pulau
No
Nama pulau
A
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36


Pulau Lombok
Gili Lawang
Gili Sulat
Gili Larot
Gili Tikus
Gili Rangkul
Gili Tameak
Gili Petelu
Gili Surak
Gili Kerate
Gili Botak
Gili Makemkao
Gili Belek
Gili Batu Putik
Gili Ree
Gili Melayu
Gili Batulunjur
Gili BatuKode
Gili Tenge
Gili Aseng
Ujung Kecubung
Gili Meringkik
Gili Bembeh
Gili Kuri
Gili Kere
Gili Linus
Gili Nyepug
Gili Sayang
Gili Penginang
Gili Anakewok
Gili Perigi
Gili Anakanjan
Gili Medas
Gili Nusa
Gili Gantung
Gili Batuberang
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73

Gili Kebango
Gili Batupayung
Gili Wayang
Gili Sayang
Gili Kawu
Gili Montong
Gili Lewu
Monjong Biras
Gili Kere
Gili Wayang
Sophialusa
Gili Sarang Burung
Gili Sarang
Gili Gundi
Gili Solet
Gili Asahan
Gili Soleng
Gili Asahan
Gili Goleng
Gili Layar
Gili Regit
Gili Anyadan
Gili Sudak
Gili Tankembar
Gili Genting
Gili Lontar
Gili Poh
Gili Nangku
Gili Sudak
Gili Bedis
Gili Mas
Gi8li Trawangan
Gili Meno
Gili Air
Gili Lebur
Gili Lampu
Gili Pasaran
74
75
76
B
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108

Gili Lendengbelo
Gili Pasir
Gili Petagan
P. Sumbawa
Sasaio
Dua
Belang
Namo
Kenawa
Genang
Kalong
Panjang
Seringgit
Kramat
Medang
Satonda
Sangiang
Nisanae
Sentodo
Batumonco
Gilibanta
Sapekah
Mataganteh
Kelapa
Nisasido
Sapudu
Besar
Rakit
Lipan
Taihabao
Dompo
Ketapang
Tengar
ngali
Dangger Besar
Moyo
Tabel 1 : Luas Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004

Rabu, 12 Juli 2006

DAS dan Pesisir Jadi Arah Pembangunan Riau

Tanggal : 12 Juli 2006
Sumber : http://www.riau.go.id/index.php?module=articles&func=display&ptid=1&aid=933

PEKANBARU (Riau Online): Pada visi Riau 2020, fokus pembangunan Riau akan mengarah pada daerah aliran sungai (DAS), wilayah pesisir, dan laut. Sedangkan yang akan dilakukan adalah optimalisasi sumber daya alam (SDA) dan kegiatan konservasi pesisir dan laut.

Hal ini dikatakan Kepala Bidang SDA Bappeda Provinsi Riau Wagiman Har saat menutup Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, Rabu (15/10), di Hotel Dyan Graha. Untuk mendukungan upaya ke arah itu, saat ini Riau tengah mengerjakan proyek Marine Coastal Resources Management Program (Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut).

Proyek ini dikerjakan di 15 provinsi dengan dana bantuan luar negeri (loan) dari Asian Development Bank (ADB). Di Riau, menurutnya, proyek ini dikerjakan di dua kabupaten yakni, Inhil dan Rokan Hilir. ??Tadinya tiga, tapi Kabupaten Karimun akhirnya mengundurkan diri.

Lebih jauh, proyek MCRMP bertujuan untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut serta keragaman hayati secara berkelanjutan, termasuk perlindungan lingkungan hidup dalam kerangka desentralisasi pemerintahan.

Pengelolaan dilakukan melalui, pertama, penguatan kemampuan daerah untuk merencanakan dan mengelola sumberdaya laut dan pesisir secara berkelanjutan. Kedua, meningkatkan ketersediaan dan akses ke data dan informasi mengenai tata ruang dan keragaman hayati yang bermutu.

Ketiga, meningkatkan kerangka hukum dan peraturan pengelolaan sumberdaya dan kepatuhan terhadapnya. Keempat, menggunakan ICZMP (Perencanaan dan Pengelolaan Terpadu Zona Pesisir) untuk mengidentifikasi alternatif kegiatan usaha bersama yang layak. Dan kelima, meningkatkan keaadaan sosial-ekonomi dan lingkungan hidup di habitat pesisir yang telah ditentukan.

Sementara itu, Ketua Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) Unri Ir Deni Efizon selaku pelaksana pelatihan kepada Riau Pos mengatakan, pelatihan ini dilaksanakan selama 10 hari sejak tanggal 6 Oktober lalu.

Para peserta berasal dari beberapa daerah (Rohil, Inhil, Dumai, Bengkalis, Pekanbaru) dan berbagai instansi seperti, Pertambangan, Pariwisata, Perikanan dan Kelautan, Bappeda dan lainnya.

"Hasil yang kita inginkan adalah bagaimana mensinergikan para stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah pesisir dan laut. Para peserta ini juga diharapkan diikutkan dalam setiap kebijakan pembangunan pesisir di daerahnya masing-masing," ujarnya.

Selain pemberian teori, peserta juga melakukan studi lapangan ke pesisir Inhil dan turun meninjau beberapa pulau yakni, Pulau Bakung dan Pulau Cawan di Inhil.

Terakhir, lanjutnya, para peserta diberi keterampilan menyusun rencana strategis pembangunan pesisir seperti yang pernah diinstruksikan pemerintah pusat. "Untuk saat ini, daerah yang telah mempunyai renstra pesisir adalah Inhil dan ini mulai direalisasikan sejak tahun lalu. Mudah-mudahan daerah lain bisa menyusul," ujar Deni.

Selasa, 16 Mei 2006

Tanggal : 16 Mei 2006
Sumber : http://sumbawakab.go.id/lihatBerita.php?idNya=747


Depaetemen Kelautan dan Perikanan (Depkanlut) Republik Indonesia melalui Direktorat pemberdayaan pulau-pulau kecil, pada tahun 2006 memprogramkan kegiatan perberdayaan masyrakat pesisir di pulau-pulau kecil, salahsatunya pulau moyo kab. sumbawa.

Mengingat Pulau Moyo dinilai sebagai daerah pesisir yang sangat potensial, rencananya akan dijadikan tempat pengembangbiakan cumi-cumi dan ikan hias. "Untuk mewujudkan rencana ini, Depkanlut bekerjasama dengaan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab.Sumbawa dan Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan (PSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertaniian Bogor (IPB)," Ungkap Kasubid Sarana dan Prasarana pulau kecil Dirjen Kelautan Pesisir dan pulau kecil Depkanlut, Ir. Sunarto MM minggu malam (14/5) usai melakukan kunjungan sekaligus aplikasi kepada nelayan tentang pengenalan alat atraktor cumi-cumi dan alat tangkap ramah lingkungan bagi ikan hias di pulau moyo.

Kegiatan pemberdayaan ini kata Sunarto, telah dilaksanakan sejak tahun 2005 lalu yang diawali dari pulau Barrang Lompo Sulsel dan selanjutnya di pulau Moyo Sumbawa-NTB . Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi pariwisata bahari di pulau pesisir yang memiliki prospek cerah bagi pengembangan perikanan dan kelautan dengan menerapkan sistem pengembangan cumi-cumi dan ikan hias. "Pengembangan potensi ini menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) dan alat tangkap ramah lingkungan dengan menerapkan Teknologi Atraktor cumi-cumi sebagai tempat cumi-cumi melepaskan telurnya hingga menempal pada atrakor dan menetas pada KJA seperti halnya rumpon atau terumbu karang buatan khusus untuk cumi-cumi," ulasnya.

Penerapan Atraktor di sekitar pulau moyo dinilai sangat cocok sebagai daya tarik wisatawan untuk memancing dan menyelam, terlebih lokasinya berdekatan dengan kawasan Hotel International Amanwana Resort.

"Cara ini merupakan solusi terbaik yang saling menguntungkan , sebab disatu sisi kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan tetap jalan namun di sisi lain lingkungan tetap lestari dan terjaga dengan baik," papar Sunarto.

Untuk diketahui alat Atraktor ini merupakan hasil study teknologi Jepang yang didesain dan diteliti kembali oleh DR Ir Mulyono S Baskoro MSc dari IPB Bogor dan penggunan teknologi ini baru di lakukan di Makasar dan Pulau Moyo Sumbawa. Sedangkan alat tangkap ramah lingkungan merupakan hasil desain Ir Arsoneti dari Yayasan Telapak Denpasar Bali, Cara pembuatan dan penggunaan kedua alat ini sangat mudah dan telah dipraktekkan langsung kepada masyarakat.

Apalagi bahan dasar alat ini mudah diproleh. ditambah dengan adanya bantuan alat selam dasr (snocle) plus jaringan ikan ramah lingkungan dari pemerintah. "Kami berharap dengan menggunakan teknologi cepat bagi pembudidayaan cumi-cumi, ekonomi masyarakat pesisir mengalami peningkatan," kata Sunarto.

Kamis, 04 Mei 2006

Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Disosialisasikan

Tanggal : 4 Mei 2006
Sumber : http://www.kutaikartanegara.com/news.php?id=758

KutaiKartanegara.com
04/05/2006 18:35 WITA
Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memiliki potensi sumber daya perairan umum, laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang cukup besar dan memerlukan pengolahan yang lebih optimal agar bermanfaat bagi masyarakat.

Demikian hal tersebut disampaikan Bupati Kukar Prof Dr H Syaukani HR MM dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten I Pemkab Kukar H Adji Ridwan Syahranie ketika membuka Sosialisasi dan Peningkatan Kemampuan Aparatur dalam Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Kukar, tadi pagi.

Lebih lanjut dipaparkannya, potensi perairan umum yang cukup besar tersebut diantaranya adalah beberapa danau seperti Semayang, Melintang, Siran, Wis, Murung dan beberapa danau kecil lainnya dengan luas total mencapai 19.217 hektare.

"Selain itu Kukar memiliki sungai-sungai besar dan kecil dengan luas mencapai 22.302,15 ha, rawa 37.661 ha dan waduk 48 ha," ujarnya.

Sedangkan potensi kelautan dengan luas mencapai 4.097 km persegi memiliki pulau-pulau sebanyak 57 buah yang sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Anggana dan Muara Jawa. "Sebagian dari pulau-pulau ini belum mempunyai nama," kata Bupati Kukar.

Ditambahkan Bupati Kukar, upaya pemerintah daerah dalam rangka pengolahan sumberdaya perairan umum, laut, pesisir dan pulau-pulau kecil selama ini telah diwujudkan dalam berbagai program.

Program tersebut antara lain seperti penanganan terhadap kerusakan hutan mangroove di wilayah Delta Mahakam, pembinaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dan nelayan, pendataan pulau-pulau kecil dan lain sebagainya.

Kegiatan yang berlangsung selama sehari di Ruang Rapat Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kukar ini diikuti 50 peserta yang berasal dari instansi terkait baik dari Pemerintah Provinsi Kaltim, Pemkab Kukar maupun kecamatan se-Kukar, unsur perguruan tinggi hingga Lembaga Swadaya Masyarakat.

"Kegiatan ini digelar atas kerjasama Pemkab Kukar dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia," ujar Kepala Dinas Perikanan Kukar Ir M Syahran selaku Ketua Panitia Pelaksana.

Tampil sebagai pemateri dalam kegiatan ini adalah Kepala Bappeda Kukar Drs Fathan Djoenaidi, Kasubid Tata Ruang Laut dan Pesisir Ir Sigit Purnomo Raharjo MSp, dan Kasi Program Tata Ruang Laut Pesisir Ir Pandu Prahoro. (win)

Kamis, 16 Maret 2006

Pesona Lembah Kahung

Tanggal : 16 Maret 2006
Sumber : http://banjarkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=23&Itemid=45

Kahung, destinasi ini, menarik sekali untuk dijelajahi. Hutan alam tropisnya yang masih perawan de-ngan air terjunnya tujuh tingkat dan lebar sekitar 8 meter plus udaranya yang sangat sejuk, amat menggoda siapa saja yang haus akan sensasi menikmati alam terbuka.

Air Terjun Lambah Kahung
Air Terjun Lambah Kahung
Bayangkan, untuk menuju ke sini, di perjalanan (dengan kelotok selama 1,5 jam) anda sudah disuguhi beningnya Bendungan Riam Kanan yang di kanan-kirinya dipagari gunung-gunung (rentetan Pegunungan Meratus) yang menjulang biru maupun pulau-pulau kecil nan bertebaran di sana-sini.

Begitu sampai di Balangian (kampung paling hulu di Riam Kanan) anda sudah disambut dengan sebuah kampung yang penduduknya ramah-ramah, nuansa kesahajaanya amat kentara dan ketulusannya yang nyata.

Setelah melapor ke aparat desa, anda tinggal meminta jasa guide dari penduduk lokal (Pak Udin, dll) untuk menuju ke lokasi sekaligus mem-bawakan barang bawaan anda.

Dan, dari sini petualangan dengan menjelajahi alam terbuka baru dimulai.

Dari Balangian menuju air terjun Kahung, anda akan menemui tiga shelter atau persinggahan. Shelter pertama akan anda temukan di menit 45. Dari shelter pertama inilah, anda baru mulai benar-benar menikmati sensasi berjalan di alam terbuka yang berbukit-bukit dengan tetumbuhan perdu dan ilalang di kanan-kiri.

Dua jam kemudian anda akan sampai di shelter 2. Di sini, sebaiknya istirahat untuk melanjutkan perjalanan esok harinya. Di sini, di pinggiran sungai yang bening, anda bisa mandi sepuasnya, atau menikmati matahari tenggelam dengan santai.

Keesokan harinya, barulah anda melanjutkan perjalanan ke air terjun. 1,5 jam dari shelter 2, anda akan bertemu dengan shelter 3, dari sini, tanjakan dan jalan setapak, anakan sungai kecil, aneka flora dan fauna akan anda temukan hingga sampai di air terjun yang sangat dingin tersebut.

Selasa, 14 Maret 2006

Kondisi Penduduk Kabupaten Banjar

Tanggal : 14 Maret 2006
Sumber : http://banjarkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=14&Itemid=20


Ditinjau dari sisi kependudukan, jumlah penduduk Kabupaten Banjar menurut data BPS Kabupaten Banjar tahun 2004 sebesar 453.042 jiwa. Kalau dibandingkan dengan data tahun 2000 yang lalu yaitu sejumlah 411.938 jiwa, maka terdapat pertumbuhan sebesar 2,53% dalam kurun waktu 5 tahun.


Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk maka jumlah rumah tanggapun mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 104.703 KK pada tahun 2000 menjadi 111.248 KK pada tahun 2004.

Penyebaran penduduk relatif masih belum merata, konsentrasi penduduk ada di Kecamatan Martapura 83.673 jiwa atau 18,47% dan daerah yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Aranio yaitu hanya 7.787 jiwa atau 1,72 %.

Namun demikian tingkat kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Banjar pada tahun 2004 masih sekitar 97 jiwa per km² dimana ibukota Kabupaten Banjar yaitu Kota Martapura, menjadi kecamatan terpadat yaitu 1.991 jiwa per km². Sedang tingkat kepadatan terendah Kecamatan Aranio yaitu hanya 7 jiwa per km².

Disisi Pemerintahan, Kabupaten Banjar semula terdiri dari 12 Kecamatan kemudian menjadi 16 Kecamatan setelah dimekarkan. Ke empat kecamatan pemekaran tersebut berasal dari 4 Perwakilan Kecamatan kemudian dijadikan kecamatan definitif sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 13 Tahun 2003. Kecamatan baru ini adalah Kecamatan Martapura Barat berpusat di Desa Sungai Rangas Tengah, Kecamatan Martapura Timur pusat pemerintahannya di Desa Mekar, Kecamatan Beruntung Baru di Desa Kampung Baru dan Kecamatan Sambung Makmur di Desa Madurejo. Dari 16 Kecamatan tersebut tersebar 288 desa dan 7 kelurahan.

Rabu, 08 Februari 2006

DPRD Propinsi Gorontalo Konsultasi Penyusunan RAPERDA Dalam Pengelolaan Pesisir Dan Terumbu Karang

Tanggal : 8 Februari 2006
Sumber : http://www.ina.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=478&Itemid=696


Pengembangan Kelautan dan Perikanan diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi Provinsi Gorontalo, sehingga pengaturan pengelolaan wilayah pesisir dapat menunjang hal tersebut selain sebagai upaya menjaga dan melestarikan ekosistem yang ada, demikian disampaikan Rustam Akili, Ketua Komisi A DPRD Provinsi Gorontalo dalam kunjungan kerja ke Ditjen Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada tanggal 25 Januari 2006.

Kunjungan kerja yang diikuti anggota Pansus 2 Raperda yaitu Raperda Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Raperda Pengelolaan Terumbu Karang, diterima Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Prof. Ir. Widi A. Pratikto, MSc.,PhD) beserta seluruh jajaran Eselon II lingkup KP3K.

Secara geografis Provinsi Gorontalo merupakan wilayah yang sangat strategis khusunya dalam pengelolaan Teluk Tomini dan Sulu Sulawesi Marine Ecoregion. Keberadaan badan kerjasama pengelolaan pesisir yang mengkoordinasi pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten yang berada di kawasan Teluk Tomini diharapkan akan memacu pengembangan ekonomi sektor kelautan dan perikanan.

Keberadaan Peraturan Daerah tentang Pengelolan Pesisir Terpadu maupun Raperda Pengelolaan Terumbu Karang, didasari bukan hanya kepentingan ekonomis semata, tetapi juga akan meliput koordinasi dalam merencanakan, melindungi, memanfaatkan dan memerkaya sumberdaya pesisir dan lautan yang ada.

Pada kesempatan tersebut, Seditjen KP3K mengemukakan bahwa apabila Perda tersebut nantinya keluar diharapkan terdapat lembaga yang tetap mengawal khususnya dalam proses penyusunan rencana, monitoring dan evaluasi kegiatan serat monitoring dan evaluasi dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan pembangunan sebagai pelaksanaan Perda. Keberadaan Badan Koordinasi diharapkan tidak membebani keberadaan lembaga yang ada tetpai lebih berperan dalam upaya memadukan kegiatan dan pelaksanaannya.

Terkait dengan pengembangan pulau-pulau kecil di wilayah Gorontalo, keberadaan bantuan listrik tenaga surya (LTS) yang terjangkau masyarakat di sana diharapkan dapat didukung oleh Departemen Kelautan dan Perikanan. Listrik di pulau-pulau kecil diharapkan dapat menjadi modal dalam mengerakkan perekonomian.

Khusus tentang terumbu karang, Raperda diharapkan juga memuat ”pelarangan” yang tidak hanya pada pelindungan terumbu karang saja tetapi juga ekosistem lainnya. Untuk itu dalam pemanfaatan perairan laut harus ada pengaturan yang jelas, sehingga kasus pengeboman ikan pada wilayah terumbu karang serta pemanfaatan terumbu karang untuk hiasan dapat dikurangi.

Pada akhir kunjungan, Wakil Ketua DPRD Provinsi Goronntalo juga berharap DKP dapat memfasilitasi upaya membantu permodalan nelayan melalui swamitra mina maupun keberadaan SPDN.

Kamis, 05 Januari 2006

Tiga Even Wisata Internasional Digelar di Tanjungpinang

Tanggal : 05 Januari 2006
Sumber : http://www.riau.go.id/index.php?module=articles&func=display&ptid=1&aid=2083

TANJUNGPINANG (Riau Online): Guna mengembangkan wisata pulau-pulau kecil yang sekarang ini sedang menjadi sasaran utama pemerintah pusat, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) menggelar tiga even bertaraf internasional di Kota Tanjungpinang.

Acara yang rencananya akan dilangsungkan mulai tanggal (29/7) hingga (1/8) ini bakal terdiri dari tiga even yakni Festival Melayu Pluralistik menampilkan berbagai kesenian daerah dan tradisi dalam dan luar negeri, kemah budaya di pesisir serta seminar dan lokakarya tentang nilai-nilai pluralistik melayu.

"Kemah budaya yang digelar di pesisir ini dimaksudkan untuk mengenalkan peserta kemah terhadap kehidupan nelayan yang tinggal di pesisir serta pulau-pulau kecil sesuai dengan tujuan pengembangan wisata di Indonesia. Dan acara ini merupakan even kemah di pesisir untuk pertamakalinya," jelas staf ahli Menbudpar bidang pranata sosial, Dr Muklis Paeni di ruang rapat kantor Walikota.

Rapat dengan Kementrian Budpar serta Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) itu sendiri dipimpin langsung Walikota Tanjungpinang, Dra Hj Suryatati A. Manan didampingi Wakil Walikota, Drs Wan Izhar Abdullah, Sekretaris Daerah Kota (Sekdako), Drs Azhar Syam, Kepala Disbudpar, Drs Said Parman serta tokoh seni, budaya dan masyarakat Tanjungpinang.

Muklis mengatakan, agar even ini memberikan hasil maksimal di masa depan mengingat Tanjungpinang merupakan pintu gerbang utama berbatasan dengan negara tetangga khususnya Singapura dan Malaysia, tiga even internasional ini rencananya bakal dijadikan sebagai agenda tahunan.

"Kita memang masih mencoba menggelar even ini di Tanjungpinang. Tetapi tidak tertutup kemungkinan akan digelar di sejumlah wilayah lain di Indonesia dengan tujuan serupa yakni pengembangan pulau-pulau kecil," katanya.

Dia mengharapkan, dengan adanya even yang pasti menyedot anggaran cukup besar ini akan menjadi awal yang bagus pengembangan wisata di masa depan. Selain itu, even ini juga diharapkan bisa menjadi cara jitu melestarikan budaya melayu.

"Kita menyadari kalau even ini tidak akan secara otomatis langsung menyedot para turis datang ke Indonesia khususnya Tanjungpinang. Namun, kita harapkan even ini bisa menjadi awal baik bagi masa depan wisata di Indonesia," katanya.

Sementara, dalam kesempatan sama Walikota Tanjungpinang menyambut baik rencana even internasional yang akan dilangsungkan di Tanjungpinang. Apalagi, biaya pelaksanaan acara yang bakal dihadiri perwakilan dari sejumlah negara tetangga ini menjadi tanggungan pemerintah pusat. (ak)